Rabu, 08 Maret 2017

TEORI KONSELING


TEKNIK KONSELING DAN ANALISIS PROBLEM SOLVING
TUGAS TORI KONSELING

UMY BARU.bmp


DISUSUN OLEH :
Tika Rahmawati Nurvitasari
20140220193
Agribisnis D


PROGRAM  STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

TEORI-TEORI  KONSELING
Teori dapat diartikan sebagai prinsip-prinsip yang dapat diuji sehingga dapat dijadikan sebagai kerangka untuk pelaksanaan penelitian; sejumlah proposisi yang terintegrasi secara sintaktik (mengikuti aturan tertentu) dan digunakan untuk memprediksi dan menjelaskan peristiwa-peristiwa yang diamati, dan pada umumnya diartikan sebagai suatu pernyataan prinsip-prinsip umum yang didukung oleh data untuk menjelaskan suatu fenomena.[1][2]
Pendekatan Konseling (counceling Aproach) disebut juga teori konseling, merupakan dasar bagi suatu praktek konseling. Pendekatan itu dirasakan penting karena jika dapat dipahami berbagai pendekatan atau teori-teori konseling, akan memudahkan dalam menentukan arah proses konseling. Akan tetapi untuk kondisi Indonesia memilih satu pendekatan /teori secara fanatic dan kaku adalah kurang bijaksana. Hal ini disebabkan satu teori konseling biasanya dilatar belakangi oleh paham filsafat tertentu yang mungkin saja tidak sesuai dengan filsafat di Indonesia.
Untuk mengatasi hal tersebut maka pendekatan yang dilakukan dalam konseling bukanlah pendekatan atau teori tunggal (single theory). Akan tetapi memilih bagian-bagian dari beberapa pendekatan yang relevan, kemudian secara sintesis-analitik diterapkan kepada kasus yang dihadapi. Pendekatan seperti itu dinamakan Creative-Synthesis-Analytic (CSA). Allen E.Ivey (1980) menyebut pendekatan ini dengan nama Electic Approach yaitu memilih secara selektif bagian-bagian teori yang berbeda sesuai kebutuhan konselor.[2][3]
Adapun macam-macam teori bimbingan konseling itu amatlah banyak, pemakalah memaparkan beberapa di antaranya:
1.      Teori Psikoanalisis (Freudian)
a.       Pengertian Psychonalysis Teraphy
Terapi Psikoanalisis merupakan suatu metode penyembuhan yang lebih bersifat psikologis dengan cara-cara fisik. Tokoh utama dan pendiri psikoanalisa ialah Sigmund Freud, sebagai orang pertama yang mengemukakan konsep ketidaksadaran dalam kepribadiaan. Konsep-konsep psikoanalisa banyak memberikan pengaruh terhadap perkembangan konseling.[3][5] Ia mengemukakan pandangannya bahwa struktur kejiwaan manusia sebagian besar terdiri dari alam ketidak sadaran. Sedangkan alam kesadarannya dapat di umpamakan puncak gunung es yang muncul di tengah laut. Sebagian besar gunung es yang terbenam itu diibaratkannya alam ketidak sadaran manusia.
Pendekatan psikoanalisis menganggap bahwa tingkah laku abnormal di sebabkan oleh faktor-faktor intropsikis (konflik tidak sadar, represi, mekanisme defensif) yang menggangu penyesuaian diri. menurut Freud, esensi pribadi seseorang bukan terletak pada apa yang ia tampilkan secara sadar, melainkan apa yang tersembunyi dalam ketidaksadarannya. Freud beranggapan bahwa gangguan jiwa pada orang dewasa, pada umumnya berasal dari pengalaman pada masa kanak-kanak. Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan psychonalysis teraphy adalah teknik atau metode pengobatan yang dilakukan oleh terapis dengan cara menggali permasalahan dan pengalaman yang direpresnya selama masa kecil serta memunculkan dorongan-dorongan yang tidak disadarinya selama ini.
b.      Konsep Dasar Psychonalysis Teraphy
Pendekatan psikoanalisis menganggap Energi psikis yang paling dasar disebut libido yang bersumber dari dorongan seksual yang terarah kepada pencapaian kesenangan. Selanjutnya Freud menyebutkan dua macam libido yaitu eros sebagai dorongan untuk hidup dan thanatos sebagai dorongan untuk mati.[4][6]
Yang dimaksud insting –insting hidup  adalah kumpulan libido yang mendorong manusia, seperti libido seksual dan libido lapar dan haus. Energy libido tersebut dapat menguasai ego ( aku) sehingga dapat bertindak amoral dan asocial dalam pemuasaannya.
Sedangkan yang dimaksud insting mati yaitu keinginan manusia untuk menyiksa diri sendiri atau orang laindan keinginan untuk mati (membunuh diri). Dapat pula di ekspresikan dengan berkelahi dan tawuran.
2.      Teori Psikologi Individu ( Adlerian)
a.        Konsep dasar
Psikologi individu sering disebut terapi adlerian karena pencipta awalnya adalah Alfred Adler, salah satu kolega freud yang awalnya termasuk lingkaran gerakan psikoanalisis,namun keluar karena tidak menyetujui beberapa bagian teori tersebut. Kerja dan riset Adler mempengaruhi banyak psikolog dan terafis besar yang kemudian mengikuti jejaknya seperti Albert Ellis, victor Frankl, Rudolf Dreikurs, Rollo Maydan wiliam Glaser.
Psikologi individu melihat pribadi secara menyeluruh dan berfokus pada keunikannya. Pandangan adler tentang manusia menawarkan sebuah focus alternative yang positif dan menyegarkan bagi teori psikoanalisis Freud. Diinti teorinya terdapat sebuah keyakinan kalau manusia memiliki dorongan bawaan untuk mengatasi kelemahan yang disadarinya, untuk kemudian mengembangkan potensinya sendiri menuju aktualisasi diri. Apalagi jika ditaruh di dalam lingkungan positif, pertumbuhan tersebut pasti akan terjadi.
Kalau begitu, apakah yang menahan seseorang untuk bergerak secara cepat dan mudah menuju realisasi diri? Menurut Adler, jawabnya ialah perasaan inferior. Seseorang biasanya mengalami perasaan tersebut lewat tiga sumber yaitu: (a) ketergantungan biologis dan ketergantungan umumnya layaknya bayi;(b) gambar diri yang dianggap kecil ketika dibandingkan dengan sesuatu yang agung, mulia atau besar; dan (c) inferioritas organ tubuh ( bahasa awamnya lemah, minder, dan cacat). Namun, dorongan dalam diri sendiri umumnya memampukan subjek, mengkompensasikan perasaan-perasan ini untuk berjuang meraih superioritas  dan kesempurnaan. 
Teori adlerian kadang disebut perspektif sosioteologis ketika membahas perjuangan konstan individu menjcapai tujuan mereka. Adler juga menekankan pentingnya pengembangan minat sosial klien untuk kemudian mendidik lembali mereka agar mampu hidup di tengah-tengah masyarakat sebagai pribadi yang sanggup memberikan sesuatu bagi masyarakat, jadi bukan Cuma menerima dan menuntut.
Ketika seseorang datang untuk menjalani terapi, diasumsikan ia tengah mengalami ketidakkongruenan dan ketidaknyamanan di dalam : (a) kerja, (b) persahabatan, atau (c) cinta. Proses konseling kemudian dilihat sebagai cara terapis dank lien bekerja sama untuk membantu klien mengembangkan kesadaran, sikap dan perilaku yang lebih sehat sehingga sanggup berfungsi lebih penuh di masyarakat. Pengembangan minat social dianggap variable paling mencolok dari kesehatan mental seseorang.
3.       Teori Person Centered (Rogerian)
a.       Konsep teori Person Centerd
Menurut Rogers, konstruk inti konseling berpusat pada klien adalah konsep tentang diri dan konsep menjadi diri atau perwujudan diri. Dikatakan bahwa konsep diri atau struktur diri dapat dipandang sebagai konfigurasi konsepsi yang terorganisasikan tentang diri yang membawa kesadaran. Teori kepribadian Rogers yang disebut sebagai “the self theory”  yaitu:
1)         Tiap individu berada di dalam dunia pengalaman yang terus menerus berubah, dan dirinya menjadi pusat.
2)         Individu mereaksi terhadap lingkungannya sesuai dengan apa yang dialami dan ditanggapinya.
3)         Individu memiliki satu kecendrungan atau dorongan utama yang selalu diperjuangkannya, yaitu mengaktualisasikan, mempertahankan, dan memperluas pengalamannya.
4)         Individu mereaksi terhadap gejala kehidupan dengan cara keseluruhan yang teratur.
5)         Tingkah laku atau tindakan itu pada dasarnya adalah suatu usaha mahluk hidup yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan yang dialami dan dirasakan.
6)         Emosi yang menyertai tindakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, sesungguhnya merupakan suatu yang memperkuat usaha individu mencari sesuatu ataupun memuaskan kebutuhannya untuk memelihara dan mengembangkan dirinya.
7)         Cara yang terbaik untuk memahami tingkah laku seseorang ialah dengan jalan memandang dari segi pandangan individu-individu itu sendiri.

4.      Behavior
Setiap dari kita memiliki pola-pola perilaku unik, dan sebagian besar dari kita bersikap dengan cara tertentu bahkan kenapa orang lain berperilaku tertentu. Meskipun kita memiliki hanya bukti anekdot dan bukannya buku ilmiah, namun kita dapat mengembangkan, seperti dilakukan banyak orang pada umumnya, teori kepribadian kita sendiri mengenai perilaku.
Riset dan publikasi penting pendekatan klasik dari teori ini dilakukan oleh  watson, Thordike dan teoritis awal lainnya, namun pada B.F. Skinner pendekatan behavioral dikembangkan. Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respons. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain,belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respons.
Menurut teori ini yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Sedangkan apa yang terjadi di antara stimulus dan respons dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak bisa diamati.
Tujuan Konseling
Tujuan konseling behavioral adalah untuk membantu klien membuang respon-respon yang lama yang merusak diri, dan mempelajari respon-respon yang baru yang lebih sehat. Terapi ini berbeda dengan terapi lain, dan pendekatan ini ditandai:
a)      Fokusnya pada perilaku yang tampak dan spesifik.
b)      Kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan treatmen (perlakuan).
c)      Formulasi prosedur treatment khusus sesuai dengan masalah khusus.
d)     Penilaian objektif mengenai hasil konseling
Proses Konseling
a)      Konselor harus memahami dan menerima klien.
b)      Keduanya harus bekerja sama, klien harus mampu berpartisipasi dalam kegiatan konseling, ia harus memiliki motivasi untuk berubah.
c)      Konselor memberikan bantuan dalam arah yang diinginkan klien

5.      Rational Emotive Therapy
Banyak pendekatan terapis dan konseling dilekatkan kepada seorang tokoh psikologi karena memang dia penggagasnya, seperti contoh terapi clint-centered dilekatkan kepada nama Carsl R. Roger. Hal yang sama terjadi pada terapi perilaku emotif rasional rasional / REBT ( rational emotive behavior therapy) yang melekat kuat kepada nama Albert Ellis, penggagasnya pada tahun 1962.
                  RET menolak pandangan aliran pkisoanalisis berpandangan bahwa peristiwa dan pengalaman individu menyebabkan terjadinya gangguan emosional. Menurut Ellis bukanlah pengalaman atau peristiwa eksternal  menimbulkan emosional, akan tetapi tergantung kepada pengertian yang diberikan terhadap peristiwa atau pengalaman itu.
      Konsep dasar RET yang dikembangkan oleh Alberts Ellis adalah sebagai berikut:
a.       Pemikiran manusia adalah penyebab dasar gangguan emosional. Reaksi emosional yang sehat maupun tidak, bersumber dari pemikiran itu.
b.      Manusia mempunyai potensi pemikiran rasional dan irasional dan inteleknya manusia dapat terbebas dari gangguan emosional.
c.       Pemikiran irrasional bersumber pada disposisi biologis lewat pengalaman masa kecil dan pengaruh budaya.
d.      Pemikiran dan emosi tak dapat dipisahkan
e.       Berpikir logis dan tidak logis dilakukan dengan symbol-simbol bahasa.
f.       Pada diri manusia sering terjadi self-Verbalization. Yaitu mengatakan sesuatu terus menerus kepada dirinya.
g.      Pemikiran tak logis –irrasional dapat dikembalikan kepada pemikiran logis dan reorganisasi persepsi. Pemikiran tak logis itu merusak dan merendahkan diri melalui emosionalnya. Ide-ide irrasional bahkan dapat menimbulkan neurosis dan psikosis. Sebuah contoh ide irrasional adalah” Seorang yang hidup hidup dalam masyarakat harus mempersiapkan diri secara kompeten dan adekuat, agar ia dapat mencapai kehidupan yang layak dan berguna bagi masyarakat”. Pemikiran lain adalah: “Sifat jahat, kejam, dan kejam, dan lain-lain harus dipersalahkan dan dihukum”.  
Tujuan Terapi
                  RET bertujuan untuk memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan klien yang irrasional menjadi rasional, sehingga ia dapat mengembangkan gangguan emosional yang dapat merusak diri yang optimal. Menghilangkan gangguan emosional yang dapat merusak diri seperti : benci, takut, rasa bersalah, cemas, was-was, marah ,sebagai akibat berpikir irrasional, dan melatih serta mendidik klien agar dapat menghadapi kenyataan hidup secara rasional dan membangkitkan kepercayaan diri, nilai dan kemampian diri.

KESIMPULAN
Terdapat banyak teori bimbingan konseling, pemakaian satu teori tidak lah suatu keharusan tergantung kepada permasalahan yang di hadapi oleh klien. Masalah yang sama juga bisa dipecahkan menggunakan teori pendekatan yang berbeda sesuai dengan kondisi di lapangan yang bisa saja dipengaruhi oleh sosial budaya dari klien tersebut. Contoh pada sekolah klien nya tentulah peserta didik. Sama – sama memiliki gangguan belajar maka tetapi karena faktor penyebabnya beragam maka penanganan dari konselingnya juga harus berbeda.
Teori teori yang terkenal di dunia antara lain, teori Pskikoanalisis, teori pskikologi individu, teori behavior, teori Client centered, teori Gestalt dan lain sebagainya. Teori dapat dipadu padankan oleh seorang konselor. Hal itu disebut CSA yaitu Creative-Syntesis-Analytic.  CSA mirip dengan Rational Approach yang mempunyai cirri-ciri:
1)      Bersifat logic dan Intelektual dalam proses konseling serta solusi terhadap masalah.
2)      Pendekatan tersebut sederhana dalam hakekatnya
3)      Menggunakan teknik konseling yang bervariasi.
4)      Lain masalah lain pula teknik, sesuai dengan pilihan konselor berdasarkan relevansinya dengan kasus.



DAFTAR PUSTAKA


M. Bahri Mustofa. 2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Surabaya:C.V. Media Nusantara, hal : 57.

Sofyan S.Willis. 2007. Konseling Individual teori dan Praktek. Bandung. Alfabeta. Hlm 55





[1][2] M. Bahri Mustofa. 2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Surabaya:C.V. Media Nusantara, hal : 57.
[2][3] Sofyan S.Willis, Konseling Individual teori dan Praktek, Bandung:Alfabeta, 2007. Hlm 55
[3][5] Mohamad Surya, Teori-teori konseling (Bandung;Bani Quraisy,2003), hal:28
[4][6] Mohamad Surya, Teori-teori konseling …………………………,2003), hal:28

Tidak ada komentar:

Posting Komentar